
Pernahkah Anda bertanya-tanya, apa yang terpikirkan di benak orang-orang yang membangun Candi Borobudur? Apa yang mendorong mereka untuk membangun sebuah bukit buatan, mengukir ribuan relief yang memukau, dan menyusunnya dalam sebuah struktur yang luar biasa? Jawabannya terletak pada sebuah filsafat yang mendalam, sebuah pandangan tentang alam semesta dan perjalanan spiritual yang ingin mereka tuangkan dalam sebuah monumen. Candi Borobudur adalah lebih dari sekadar candi; ia adalah sebuah mandala kosmik, sebuah peta tiga dimensi dari alam semesta Buddhis yang dipahami oleh Dinasti Syailendra.
Artikel ini akan membawa kita pada sebuah perjalanan yang memukau, membedah Candi Borobudur sebagai mahakarya arsitektur dan filsafat Syailendra. Kita akan mengupas struktur bertingkatnya yang melambangkan alam semesta Buddhis dari dunia bawah hingga nirwana. Kita akan menganalisis narasi relief yang memukau (Karmawibhangga, Jataka, Lalitavistara) sebagai panduan spiritual bagi para peziarah. Dan kita akan merenungkan bagaimana arsitektur dan relief ini bekerja sama untuk menceritakan kisah perjalanan spiritual menuju pencerahan.
Struktur Megah: Peta Kosmologi Syailendra
Arsitektur Borobudur bukanlah sebuah kebetulan. Ia adalah sebuah representasi fisik dari alam semesta Buddhis Mahayana yang disebut Trikaya (Tiga Tubuh Buddha). Candi ini disusun dalam tiga tingkatan utama, yang masing-masing melambangkan sebuah alam dalam kosmologi Buddhis.
- Tiga Alam Kehidupan: Struktur Borobudur terdiri dari tiga tingkat: Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Masing-masing tingkat ini mewakili alam kehidupan yang berbeda, yang harus dilalui oleh seorang peziarah dalam perjalanan spiritual mereka menuju pencerahan. Konsep ini diuraikan oleh para ahli seperti A.J. Bernet Kempers dan F.D.K. Bosch.
- Panduan Spiritual yang Terstruktur: Peziarah memulai perjalanan mereka dari bawah, berputar mengelilingi candi searah jarum jam, melewati setiap tingkat dan relief yang ada. Ini adalah ritual yang disebut pradaksina, yang menjadi panduan spiritual bagi mereka.
Kamadhatu: Dunia Nafsu dan Hukum Karma
Tingkat terbawah dari Borobudur adalah Kamadhatu, atau “Dunia Nafsu.” Relief di tingkat ini menggambarkan realitas yang kita kenal sehari-hari, sebuah dunia yang terikat pada nafsu, keinginan, dan hukum karma.
- Relief Karmawibhangga: Relief di tingkat ini, yang disebut Karmawibhangga, menggambarkan sebab dan akibat dari perbuatan baik dan buruk. Sayangnya, sebagian besar relief ini tertutup oleh pondasi yang ditambahkan kemudian. Namun, beberapa foto yang diambil sebelum pondasi ditambahkan menunjukkan narasi yang jelas tentang hukuman dan ganjaran dari karma. Kamadhatu: Alam Nafsu dan Karma
- Perjalanan Awal: Kamadhatu adalah titik awal dari perjalanan spiritual. Ia mengajarkan peziarah tentang konsekuensi dari nafsu dan keinginan, dan mengingatkan mereka untuk membebaskan diri dari ikatan duniawi.
Rupadhatu: Dunia Bentuk dan Cerita Sang Buddha
Tingkat tengah dari Borobudur adalah Rupadhatu, atau “Dunia Bentuk.” Peziarah yang berhasil melepaskan diri dari nafsu duniawi akan memasuki tingkat ini. Rupadhatu ditandai dengan patung-patung Buddha dan ribuan relief yang menceritakan kisah-kisah spiritual.
- Narasi Relief: Relief di tingkat ini menceritakan kisah-kisah yang membimbing peziarah. Mereka termasuk Lalitavistara (kisah kehidupan Siddhartha Gautama hingga menjadi Buddha ), Jataka (kisah-kisah kehidupan Buddha sebelumnya ), dan Gandawyuha (kisah Sudarshana dalam mencari pencerahan). Relief-relief ini adalah sebuah panduan spiritual visual yang mengajarkan peziarah tentang jalan pencerahan melalui contoh dari Sang Buddha. Lalitavistara: Kisah Hidup Sang Buddha
- Patung Buddha di Relung: Di sepanjang dinding Rupadhatu, terdapat patung-patung Buddha yang duduk di dalam relung. Setiap patung menghadap ke luar, seolah-olah mengawasi dunia. Ini adalah sebuah perwujudan dari dunia bentuk, di mana peziarah sudah memiliki bentuk fisik tetapi tidak lagi terikat pada nafsu. Patung Buddha di Rupadhatu
Arupadhatu: Menuju Kehampaan dan Nirwana
Tingkat teratas dari Borobudur adalah Arupadhatu, atau “Dunia Tanpa Bentuk.” Tingkat ini adalah puncak dari perjalanan spiritual dan representasi dari nirwana.
- Kehampaan dan Bentuk yang Hilang: Di Arupadhatu, arsitektur Borobudur berubah secara radikal. Tidak ada lagi relief dan dekorasi yang rumit. Strukturnya menjadi lebih sederhana dan terbuka. Filosofinya adalah bahwa peziarah di tingkat ini sudah melepaskan semua ikatan duniawi, termasuk bentuk dan nama.
- Stupa-Stupa Perforasi: Tingkat ini ditandai dengan stupa-stupa kecil yang berlubang, yang masing-masing di dalamnya terdapat patung Buddha. Stupa di puncak, yang paling besar, adalah titik akhir dari perjalanan spiritual, melambangkan pencerahan dan nirwana. Arupadhatu: Alam Tanpa Bentuk
Kesimpulan: Borobudur sebagai Panduan Kehidupan
Candi Borobudur adalah sebuah monumen yang tidak hanya memukau mata, tetapi juga membimbing jiwa. Strukturnya yang bertingkat dan reliefnya yang memukau adalah sebuah panduan yang terukir di atas batu, sebuah buku yang menceritakan perjalanan dari dunia nafsu menuju nirwana.
Arsitektur dan filsafat Syailendra yang tertuang di dalamnya adalah bukti dari peradaban yang luar biasa. Ia adalah pengingat bahwa bahkan di dunia yang penuh kekacauan, selalu ada jalan untuk mencari kedamaian dan pencerahan. Borobudur adalah warisan yang tak ternilai, sebuah cahaya spiritual yang terus bersinar dari masa lalu. Britannica: Borobudur
-(Debi)-