Kertanegara dan Politik Luar Negeri: Visi Nusantara Abad ke-13

Kertanegara dan Politik Luar Negeri: Visi Nusantara Abad ke-13

Pernahkah Anda bertanya-tanya, siapa yang pertama kali memimpikan sebuah Nusantara yang bersatu? Siapa yang berani menghadapi kekuatan paling menakutkan di dunia dan berkata “tidak”? Jawabannya terletak pada Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singhasari di abad ke-13. Kertanegara bukanlah sekadar raja; ia adalah seorang visioner, seorang pemimpin yang melihat melampaui perbatasannya dan merumuskan sebuah politik luar negeri yang ambisius. Visi ini, yang dikenal sebagai wawasan Nusantara, adalah sebuah konsep yang jauh melampaui masanya, dan ia adalah fondasi bagi kekuasaan yang akan datang.

Artikel ini akan membawa kita pada sebuah perjalanan yang penuh intrik dan keberanian, menggali visi Kertanegara. Kita akan membahas politik ekspansionisnya yang bertujuan untuk menyatukan Nusantara melalui Ekspedisi Pamalayu. Kita akan menganalisis respons Kertanegara yang berani terhadap ancaman Mongol dari Kubilai Khan, yang menunjukkan kecerdasan politiknya yang luar biasa. Ini adalah sebuah kisah tentang ambisi, takdir, dan warisan yang tak terhapuskan dari seorang raja yang berani bermimpi.

Visi Kertanegara: Mengapa Nusantara Harus Bersatu?

Pada abad ke-13, Kerajaan Singhasari di Jawa Timur telah menjadi sebuah kekuatan yang dominan. Namun, Kertanegara melihat ancaman yang lebih besar: kekaisaran asing yang mungkin akan mengganggu jalur perdagangan dan kedaulatan di Nusantara. Ia percaya bahwa satu-satunya cara untuk menghadapi ancaman ini adalah dengan menyatukan Nusantara di bawah satu kekuasaan.

  • Tujuan Politik: Visi Kertanegara adalah untuk membangun sebuah kekuatan maritim yang besar yang dapat mengendalikan jalur perdagangan dan mengamankan perbatasan dari serangan asing. Nagarakretagama (pupuh 43) menyebutkan bahwa Kertanegara adalah seorang raja yang bijaksana dan kuat, yang bermimpi untuk menyatukan Nusantara. Visi ini adalah sebuah konsep yang revolusioner pada masanya, sebuah langkah menuju integrasi regional. Wawasan Nusantara Abad ke-13
  • Ekspansi dan Diplomatik: Kertanegara tidak hanya mengandalkan kekuatan militer. Ia juga menggunakan diplomasi untuk menciptakan hubungan yang erat dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, membangun sebuah jaringan kekuasaan yang luas.

Ekspedisi Pamalayu: Langkah Awal Penyatuan

Langkah pertama Kertanegara untuk mewujudkan visinya adalah Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi ini dikirim ke Sumatra pada tahun 1275 M, dengan tujuan untuk menaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang sudah melemah.

  • Penaklukan Sriwijaya: Ekspedisi Pamalayu berhasil menaklukkan Sriwijaya dan menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di Sumatra, seperti Melayu. Prasasti Padang Roco (1286 M) adalah bukti dari keberhasilan ekspedisi ini. Prasasti ini didirikan untuk merayakan penaklukan ini dan menyatukan Sumatra di bawah kekuasaan Singhasari. Ekspedisi ini adalah sebuah langkah yang sangat penting dalam penyatuan Nusantara. Ekspedisi Pamalayu: Penyatuan Sumatra
  • Kekuasaan Maritim: Ekspedisi Pamalayu tidak hanya menaklukkan wilayah. Ia juga mengamankan jalur perdagangan maritim, yang sangat penting bagi kekuatan ekonomi Singhasari. Kertanegara percaya bahwa kekuasaan di lautan adalah kunci untuk kekuasaan di Nusantara.

Ancaman Mongol dan Kecerdasan Politik

Di saat Kertanegara sedang sibuk menyatukan Nusantara, sebuah ancaman yang lebih besar muncul dari utara: Kekaisaran Mongol di bawah Kubilai Khan.

  • Tuntutan Kubilai Khan: Kubilai Khan, yang telah menaklukkan sebagian besar Asia, mengirim utusan ke Singhasari pada tahun 1289 M, menuntut agar Kertanegara tunduk dan membayar upeti. Tuntutan ini adalah ancaman langsung terhadap kedaulatan Singhasari. Kertanegara dihadapkan pada dua pilihan: tunduk pada Mongol atau menolak dan berisiko diserang. Ancaman Mongol di Nusantara
  • Respons Kertanegara yang Berani: Kertanegara memilih pilihan yang berani. Ia menolak tuntutan Mongol dan dilaporkan memotong telinga utusan Kubilai Khan (Marco Polo juga mencatat kekuatan militer di Jawa pada masanya ). Tindakan ini adalah sebuah deklarasi perang dan sebuah tindakan kecerdasan politik. Kertanegara tahu bahwa Mongol tidak akan bisa mencapai Singhasari dengan cepat, dan ia menggunakan waktu ini untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya di Nusantara. Kecerdasan Politik Kertanegara

Akhir Tragis dan Warisan yang Abadi

Meskipun Kertanegara berhasil menghadapi ancaman Mongol, nasibnya berakhir tragis.

  • Konflik Internal: Di saat ekspedisi Pamalayu masih berlangsung, Jayakatwang, bupati dari Kediri, melancarkan pemberontakan dan menghancurkan Singhasari. Kertanegara terbunuh dalam pemberontakan ini, mengakhiri dinastinya. Namun, visinya tidak hilang. Menantunya, Raden Wijaya, berhasil melarikan diri dan menggunakan invasi Mongol yang datang kemudian untuk mengalahkan Jayakatwang dan mendirikan Kerajaan Majapahit. Majapahit adalah kekaisaran yang akhirnya mewujudkan visi Kertanegara untuk menyatukan Nusantara. Akhir Tragis Kerajaan Singhasari

Kesimpulan

Kertanegara adalah sebuah tokoh yang terlupakan oleh sejarah, namun visinya tetap abadi. Politik ekspansionisnya yang bertujuan untuk menyatukan Nusantara adalah sebuah konsep yang revolusioner, dan responsnya terhadap ancaman Mongol adalah sebuah bukti dari keberanian dan kecerdasannya.

Kertanegara adalah bapak dari wawasan Nusantara, dan meskipun akhirnya tragis, warisannya terus hidup dalam kekuasaan Majapahit yang gemilang. Kisahnya adalah pengingat bahwa sejarah adalah sebuah drama yang terus dimainkan, dan visi seorang raja dapat mengubah takdir sebuah bangsa.

-(Debi)-

Tinggalkan Balasan

Arsitektur Platform: Bagaimana Desain Antarmuka Membentuk Perilaku Pengguna dan Komunikasi
Auto Draft
Krisis Kebenaran: Konten Kreator & Disinformasi
Hubungan Parasosial: Saat Penonton Mencintai Kreator