
Pernahkah Anda memandang kemegahan Candi Prambanan dan Candi Borobudur, dan bertanya-tanya, “Apakah dua mahakarya yang begitu berbeda ini dibangun oleh orang yang sama?” Jawabannya adalah tidak, pembaca. Mereka adalah warisan dari dua dinasti yang hidup di era yang sama, Kerajaan Mataram Kuno, sebuah kerajaan yang penuh dengan konflik politik dan pergolakan agama. Kisah Mataram Kuno adalah kisah tentang perpindahan pusat kekuasaan yang misterius dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, sebuah peristiwa yang menandai akhir dari sebuah era dan awal dari era yang baru. Ini adalah sebuah kisah tentang ketegangan antara dua kekuatan besar, Hindu dan Buddha, yang meninggalkan jejak tak terhapuskan di tanah Jawa.
Artikel ini akan membawa kita pada sebuah perjalanan yang penuh misteri, mengupas periode awal Kerajaan Mataram Kuno. Kita akan membahas perpindahan pusat kekuasaan yang misterius dan konflik politik antara Dinasti Sanjaya (Hindu) dan Dinasti Syailendra (Buddha). Kita akan menganalisis prasasti-prasasti yang menjadi bukti dari transisi ini, seperti Prasasti Mantyasih. Dan yang paling penting, kita akan melihat bagaimana dari konflik ini, munculah sebuah warisan budaya yang tak ternilai, sebuah cerminan dari kompleksitas sejarah kita.
Jantung Jawa di Tengah: Konflik Agama dan Politik
Pada awal berdirinya, Kerajaan Mataram Kuno berpusat di Jawa Tengah, di wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Yogyakarta dan Magelang. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Sanjaya dari Dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu.
- Dua Kekuatan yang Bersaing: Namun, Dinasti Sanjaya tidak berkuasa sendirian. Dinasti Syailendra yang menganut agama Buddha Mahayana juga muncul sebagai kekuatan besar. Hubungan antara kedua dinasti ini masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Apakah mereka hidup berdampingan secara damai, ataukah mereka bersaing secara politik dan agama? Bukti dari laporan arkeologi di situs Candi Prambanan dan sekitarnya menunjukkan adanya semacam rivalitas dalam pembangunan candi-candi megah. Dinasti Syailendra membangun Candi Borobudur yang agung, sementara Dinasti Sanjaya membangun Candi Prambanan yang megah. Konflik Dinasti Sanjaya dan Syailendra
- Perkawinan Politik: Meskipun ada rivalitas, perkawinan politik juga terjadi, menunjukkan bahwa hubungan mereka tidak selalu bermusuhan. Namun, ketegangan antara kedua dinasti ini adalah sebuah faktor penting dalam sejarah Mataram Kuno.
Bukti di Balik Batu: Prasasti Mantyasih dan Raja-Raja Mataram
Satu-satunya petunjuk yang kita miliki tentang sejarah Mataram Kuno berasal dari prasasti-prasasti yang terukir di batu. Prasasti ini adalah jendela ke masa lalu yang memberikan kita gambaran sekilas tentang kekuasaan dan silsilah raja-raja.
- Prasasti Mantyasih (907 M): Prasasti ini, yang ditemukan di dekat Magelang, adalah sebuah bukti yang sangat penting. Prasasti ini secara eksplisit mencantumkan daftar raja-raja Mataram Kuno yang dimulai dari Raja Sanjaya. Prasasti ini menegaskan kembali legitimasi Dinasti Sanjaya sebagai penguasa yang sah dan membantu kita memahami silsilah mereka. Prasasti Mantyasih: Daftar Raja Mataram
- Sanjaya Kembali ke Puncak: Prasasti ini juga menunjukkan bahwa pada abad ke-10, Dinasti Sanjaya kembali memegang kekuasaan penuh, setelah Dinasti Syailendra menghilang dari catatan sejarah di Jawa.
Perpindahan Pusat Kekuasaan: Misteri ke Jawa Timur
Sekitar abad ke-10 Masehi, sebuah peristiwa besar terjadi. Pusat kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno berpindah secara tiba-tiba dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
- Mengapa Berpindah?: Alasan di balik perpindahan ini masih menjadi misteri yang diperdebatkan oleh para sejarawan. Beberapa teori diajukan. Salah satunya adalah bencana alam, seperti letusan Gunung Merapi, yang membuat pusat kekuasaan di Jawa Tengah tidak lagi layak huni. R. Soekmono dalam bukunya The Javanese Kingdoms membahas kemungkinan ini. Teori lain menyebutkan faktor politik, seperti konflik internal atau ancaman dari luar. Perpindahan Pusat Kekuasaan Mataram
- Jejak yang Hilang: Perpindahan ini meninggalkan warisan yang unik. Di Jawa Tengah, dinasti-dinasti Mataram Kuno membangun candi-candi megah seperti Prambanan dan Borobudur. Di Jawa Timur, kerajaan ini terus berkembang dan beradaptasi, tetapi dengan corak yang berbeda.
Warisan di Candi: Prambanan sebagai Simbol Sanjaya
Meskipun Dinasti Syailendra meninggalkan Borobudur, Dinasti Sanjaya meninggalkan Prambanan, sebuah kompleks candi Hindu yang tak kalah megah. Prambanan adalah sebuah pernyataan politik dan agama yang kuat.
- Monumen untuk Dewa Hindu: Candi Prambanan didedikasikan untuk Trimurti (Brahma, Wisnu, dan Siwa), dewa-dewa utama dalam agama Hindu. Laporan arkeologi di situs ini menunjukkan bahwa kompleks ini dibangun pada masa Dinasti Sanjaya untuk menunjukkan kembali kekuasaan Hindu di Jawa. Prambanan adalah sebuah monumen yang menyaingi Borobudur, sebuah simbol rivalitas yang indah dan abadi. Candi Prambanan: Simbol Kekuasaan Sanjaya
- Arsitektur dan Filsafat: Arsitektur Prambanan mencerminkan kosmologi Hindu, dengan relief-relief yang menceritakan kisah Ramayana dan Bhagawata Purana. Prambanan adalah bukti bahwa Hindu dan Buddha adalah dua kekuatan agama yang berakar kuat di Mataram Kuno. Arsitektur Hindu Jawa Kuno
Kesimpulan
Kerajaan Mataram Kuno adalah sebuah babak dalam sejarah yang penuh dengan misteri, konflik, dan perubahan. Perpindahan pusat kekuasaannya adalah sebuah teka-teki yang mungkin tidak akan pernah kita pecahkan sepenuhnya, tetapi prasasti-prasasti dan candi-candi yang mereka tinggalkan memberikan kita petunjuk yang berharga.
Kisah Dinasti Sanjaya dan Syailendra adalah sebuah pengingat bahwa sejarah adalah sebuah dinamika yang kompleks, di mana konflik dan kerukunan dapat hidup berdampingan. Warisan mereka, yang terukir di batu dan tanah, adalah sebuah bukti dari kebesaran sebuah peradaban yang meninggalkan jejak abadi di tanah Jawa. Britannica: Mataram Kingdom
-(Debi)-