
Pernahkah Anda bertanya-tanya, bagaimana sebuah imperium yang begitu besar dan berkuasa seperti Majapahit bisa runtuh? Jawabannya terletak pada sebuah konflik internal yang mematikan, sebuah perang saudara yang dikenal sebagai Perang Paregreg, yang menjadi pemicu dari serangkaian peristiwa yang mengakhiri puncak kejayaan sebuah peradaban. Keruntuhan Majapahit bukanlah hanya tentang kekalahan militer, melainkan sebuah proses yang kompleks, yang melibatkan intrik istana, pergeseran ekonomi, dan kemunculan kekuatan-kekuatan baru yang mengancam kedaulatannya.
Artikel ini akan membawa kita pada sebuah perjalanan yang penuh drama, mengupas penyebab keruntuhan Kerajaan Majapahit. Kita akan membahas konflik internal yang mematikan, Perang Paregreg, dan perpecahan politik di istana. Kita akan menganalisis munculnya kekuatan-kekuatan baru di pesisir utara Jawa dan pergeseran jalur perdagangan sebagai faktor-faktor yang melemahkan kekuasaan Majapahit. Ini adalah kisah tentang bagaimana kekuatan yang besar dapat hancur dari dalam, sebuah pelajaran yang abadi bagi kita semua.
Puncak Kejayaan yang Goyah: Intrik Internal Majapahit
Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Kerajaan Majapahit mulai menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Konflik internal dan perebutan kekuasaan di istana menjadi faktor yang paling penting dalam keruntuhannya.
- Perebutan Kekuasaan: Hayam Wuruk tidak memiliki putra dari permaisuri, tetapi ia memiliki putri yang bernama Kusumawardhani dan putra dari selir yang bernama Wirabhumi. Konflik internal di antara kedua keturunan ini memicu perpecahan di istana dan keluarga kerajaan, yang akhirnya memuncak dalam perang saudara. Nagarakretagama, yang ditulis sebelum perang ini, menggambarkan Majapahit sebagai kerajaan yang stabil. Namun, sumber lain seperti Pararaton menceritakan konflik yang lebih brutal ini. Slamet Muljana dalam bukunya Tafsir Sejarah Nagarakretagama juga membahas intrik istana yang melemahkan kekuasaan Majapahit. Intrik Internal Kerajaan Majapahit
- Hilangnya Patih yang Kuat: Setelah wafatnya Gajah Mada, tidak ada patih lain yang memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama untuk menyatukan kerajaan. Kehilangan pemimpin yang kuat ini membuat Majapahit menjadi lebih rentan terhadap perpecahan.
Perang Paregreg: Perang Saudara yang Mematikan
Perpecahan di istana akhirnya meledak menjadi perang saudara yang disebut Perang Paregreg, yang berlangsung dari tahun 1404 hingga 1406. Perang ini adalah titik balik dalam sejarah Majapahit.
- Kediri vs Blambangan: Perang Paregreg adalah pertempuran antara Bhre Wirabhumi (putra Hayam Wuruk dari selir) dan Bhre Wirabhumi, yang merupakan raja di Blambangan, dan Bhre Wikramawardhana (suami Kusumawardhani), yang merupakan raja di Majapahit. Perang ini berakhir dengan kekalahan Wirabhumi dan kemenangan Wikramawardhana, tetapi perang ini menghabiskan sumber daya Majapahit dan melemahkan kekuasaannya. Pararaton memberikan narasi yang dramatis tentang perang ini, sebuah bukti dari intensitas konflik ini. Perang Paregreg: Perang Saudara Majapahit
- Dampak Jangka Panjang: Perang Paregreg menghancurkan stabilitas politik Majapahit dan memicu pemberontakan daerah. Kekuasaan pusat mulai melemah, dan daerah-daerah mulai memisahkan diri.
Faktor Eksternal: Kemunculan Kekuatan Baru dan Pergeseran Ekonomi
Selain konflik internal, faktor-faktor eksternal juga memainkan peran yang penting dalam keruntuhan Majapahit.
- Munculnya Kesultanan: Di pesisir utara Jawa, kekuatan-kekuatan baru mulai muncul, Kesultanan-kesultanan Islam. Kesultanan-kesultanan ini, seperti Demak, didirikan oleh pedagang Muslim yang memiliki kekuatan ekonomi dan militer yang besar. Analisis pertumbuhan Kesultanan Malaka sebagai pusat perdagangan baru juga menunjukkan pergeseran kekuatan ekonomi di Nusantara. Majapahit, yang berpusat pada perdagangan dan pertanian, kehilangan dominasinya di lautan.
- Pergeseran Jalur Perdagangan: Jalur perdagangan maritim yang dulu dikuasai Majapahit mulai beralih ke Malaka. Pergeseran ini melemahkan sistem ekonomi Majapahit dan mengurangi pendapatan dari pajak dan perdagangan, yang pada akhirnya melemahkan kekuasaan Majapahit secara keseluruhan. Pergeseran Jalur Perdagangan dan Keruntuhan Majapahit
Kesimpulan: Keruntuhan yang Bukan Akhir
Meskipun Majapahit runtuh di abad ke-15, warisannya tidak hilang. Kebudayaan, sastra, dan sistem pemerintahan Majapahit terus hidup dalam kerajaan-kerajaan penerusnya, dan menjadi fondasi bagi identitas bangsa Indonesia.
Perang Paregreg dan faktor-faktor eksternal yang lain adalah pelajaran yang abadi bahwa kekuatan internal yang stabil adalah kunci bagi kelangsungan sebuah kerajaan. Kisah keruntuhan Majapahit adalah pengingat bahwa sejarah adalah sebuah dinamika yang terus bergerak, dan akhir dari sebuah era bukanlah akhir dari sejarah itu sendiri, melainkan awal dari era yang baru.
-(Debi)-